Jumat, 24 Februari 2012

“ IQRA” DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN PENDIDIKAN

Badri HS, M.Pd
(Kepala SMP Nahdlatul Wathan Jakarta)

Kata “Iqra’“ adalah  kata  perintah  berarti “baca”  yang berasal  dari kata  kerja  qora’a - yaqra’u.  Perintah  membaca  yang  diulang  sampai  dua kali dalam surat al alaq itu tidak disebutkan obyek yang harus dibaca, ini mengandung  arti  bahwa yang dibaca tersebut  sangat luas  disamping membaca  ayat-ayat Allah  yang terdapat dalam  al-Qur’an  juga terdapat dalam  jagat  raya, perilaku sosial dan segenap problematikanya seperti  membaca fikiran dan perasaan orang lain, membaca hal-hal yang tersurat  dan yang  tersirat. Sesuai dengan firman-Nya:
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah". (QS Shaad 38 : 37)

            Perintah pertama Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW, "Iqra’“ adalah perintah untuk melaksanakan pendidikan. Karena, pendidikan adalah pintu bagi peradaban, dan peradaban adalah penentu kualitas kebudayaan sebuah bangsa serta penentu kualitas umat manusia.
           Dalam konteks surat Al-’Alaq,  kata Iqra’ tersebut terdiri dari kata aliif, Qaf, dan Ra’. Aliif  bimakna aqlu (fikiran) Qaf  bimakna Qalbu (perasaan) dan Ra’ bimakna ruh (jiwa)  ketiga komponen tersebut ada pada diri manusia yaitu fikiran, perasaan dan jiwa ketiganya harus melekat agar berjalan  seimbang, selaras dan bersinergi.
    Iqra menurut konteks pengertian ayat ayat Allah adalah Allif = alam, Qaaf = Quran, Raa= ra’a (membaca dengan mata, jadi kata iqra diartikan al Qalam maksudnya tanda tanda yang dianugerahkan Allah untuk difahami secara visual  oleh manusia.  Penjelasan tentang Iqra ternyata penuh makna yang harus kita fahami dalam aplikasi kehidupan sehari hari, karena tersimpan sebuah kekuatan dahsyat yang keberadaannya mampu mengubah karakter, visi serta tujuan hidup  manusia.
Kata “Iqra’”  yang berarti ”bacalah”, bisa berarti observasi, yaitu membaca data  yang  terdapat  dalam  teknologi modern (IT) bisa juga  bimakna  meneliti  yang bisa menghasilkan  berbagai  disiplin  ilmu, baik  agama, politik dan sosial. Kemudian  dalam ayat ketiga juga berarti perintah untuk membaca  yang dihubungkan dengan menyebut nama Tuhan  ini berarti memiliki nilai  visi teologi /ketuhanan, spiritual dan transendental dalam pendidikan  dan  yang  berkaitan  dengan  kegiatan  pendidikan seperti penelitian dan pengembangan ilmu pengtahuan harus  tetap dalam  bingkai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Perintah membaca  yang dihubungkan dengan  atas nama Allah mengandung isyarat tentang  pentingnya idiologi  yang bernafaskan islam  yang bersifat humanisme teosentris yaitu  idiologi yang  mengandung  keseimbangan  antara usaha  dengan kekuasaan kehendak Allah.
Kata “al Qalam “ secara harfiah  bimakna “ pena “  itu mengisyaratkan bahwa tentang pentingnya bagi setiap orang yang mengelola pendidikan harus memiliki sarana dan prasarana dan media pendidikan dalam arti ang sangat luas. Karena sarana dan prasarana serta  media  akan dapat merekam, menyimpan, menggambarkan  dan mendokumentasikan seluruh aktifitas pendidikan sehingga ilmu pengetahuan  dapat direkam, disimpan dan dapat diwariskan bagi generasi seterusnya sekaligus sebagai  sejarah yang berkesinambungan.
Selanjutnya kata “Allama“ yang artinya mengajarkan  sebagaimana tersebut dalam al Qur’an surat  al Alaq ayat 5 tersebut  memberikan isyarat bahwa adanya  sebuah proses pembelajaran yang memungkinkan  terjadinya tranpormasi ilmu pengetahuan  dari suatu generasi  kegenarasi  lainnya.
Proses pembelajaran ini bisa dilakukan  oleh  Guru/ Ustadz/ Kyai/ Tuan Guru  terhadap muridnya  melalui berbagai pendekatan yaitu pendekatan yang berpusat pada Guru (Teacher centris), pendekatan yang berpusat pada murid (student centris) dan pendekatan yang memadukan antara keduanya  yaitu teacher centris dan student centris.
Teacher centris yaitu proses belajar mengajar yang dilakukan  dengan sistem ceramah, pemberian contoh teladan, melalui cerita/ qishah.   Sedangkan student centris  yaitu proses  belajar mengajar yang dilakukan  dengan cara siswa belajar aktif (CBSA), Problem Bassed Lerning (PBL), Contextual Teacher Learning (CTL) inquiri, dan sebagainya.  
Pendekata belajar selain diatas  ada beberapa pendekatan diantaranya:
1.       Pendekatan Behavioristik  yaitu memposisikan manusia  sebagai makhluk  yang fasif dapat dipengaruhi dan dibentuk  oleh lingkungan. Dan Guru yang aktif  dapat membentuk  dan mengarahkan siswa sesuai dengan target  yang dikehendaki yaitu adanya sebuah rencana program kerja pengajaran yang jelas dan kontinyu.
2.      Pendekatan Kongnitif  bahwa manusia sebagai makhluk  yang aktif dalam pengembangan diri dan memiiki kemampuan berfikir utuk menghadapi masalah dalam proses belajar mengajar. Guru bisa memberikan kemudahan bagi siswa untuk memgembangkan  diri  dalam proses belajar mengajar.
Pendekatan Humanistik yaitu manusia  sebagai makhluk sosial  dapat menyesuaikan diri  dan dapat menemukan  potensi dirinya  dalam proses kebersamaan dalam kelompok. Guru bisa mengembangkan  proses kelompok dalam pembelajaran yang memungkinkan proses terjadinya  intraksi  siswa  denga sesamanya  dalam proses belajar mengajar.
Selanjutnya pada ayat ke 5 itu juga disebutkan kata “Insan“ yang berarti manusia  menggambrakan bahwa  dalam proses belajar mengajar adanya  murid/ peserta didik  yang dapat diberikan pelajaran.
Penggunaan kata ”insan“ dalam ayat tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh  Musa Al ‘Asy’ari  yang mengatakan bahwa  kata “Insan“/ manusia yang memiliki potensi spiritual dan emosional  juag memiliki potensi intelektual  seperti berfikir, merenung, memahami, menyimpan,  mmeperoduksi  kembali.
Kata insan juga mengacu pada manusia yang memiliki hati nurani, instuisi, bakat, minat, motivasi, dan sebagainya.  Dengan demikian  sebagai insan  ia akan tampil sebagai makhluk  yang dapat didik dan juga menjadi pendidik. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar