Sabtu, 04 Februari 2012

BULAN BINTANG BERSINAR LIMA

“ Makna Simbolik Dalam Perspektif Kesejarahan “

KH. Muhammad Suhaidi
(Pimpinan  Ponpes Nahdlatul Wathan Jakarta)

 
Falsafah Lambang Organisasi Nahdlatul Wathan adalah :Bulan melambangkan Islam, Bintang melambangkan Iman dan Taqwa, Sinar Lima melambangbkan Rukun Islam, Warna gambang dan tulisan putih melambangkan  Ikhlas dan Istiqomah, Warna dasar hijau melambangkan Selamat Bahagia Dunia Akhirat.
 
Secara normatif, simbol seringkali diartikan sebatas penghias  seperti bendera atau vigura dalam sebuah organisasi.  Nyaris  tidak gali filosofi dan makna kesejarahan dibalik simbol tersebut. Padahal betapa sebuah simbol akan sangat bermakna ketika kita mau melihat sekilas sejarah bagaimana simbol itu dibuat. Dengan demikian, sangatlah tepat dan cerdas bila simbol Bulan Bintang Bersinar Lima dipahami sebagai sebuah nilai kesejarahan yang berkaitan dengan  agama dan negara bahkan lebih dari hal tersebut sebagaimana akan dijelaskan berikut ini.

NAHDLATUL WATHAN GABUS DAN KIPRAHNYA

Organisai Nahdlatul Wathan (NW) yang didirikan oleh Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin  Abdul Madjid tahun 1934, secara terus menerus melakukan perannya di tengah masyarakat, baik bidang Pendidikan, Sosial dan Dakwah Islamiyah. Kemajuan NW terus menggeliat baik di kampung terpencil yang ada di pedalaman desa-desa hingga ke perkotaan di Ibu kota. Tak ayal lagi, saat ini Nahdlatul Wathan (NW) telah memiliki ribuan cabang Sekolah, Madrasah dan Pondok Pesantren. Ini tanda dan pertanda bahwa Nahdlatul Wathan semakin dicintai dan diminati masyarakat termasuk masyarakat Ibu Kota Jakarta dan Bekasi. Salah satu nya adalah NW di Bekasi sebagaimana dijelaskan berikut ini.

NAHDLATUL WATHAN DAN CITA-CITA PENDIRINYA

TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

KH. Muhammad Suhaidi
(Pimpinan  Ponpes Nahdlatul Wathan Jakarta)
-------------------------------------------------------------
 
Ketika kita mengevaluasi kembali kelahiran Islam, sesungguhnya Islam itu konsisten berada di depan zamannya. Pada awal kedatangannya, kita melihat dengan jelas, bahwa Islam bukanlah suatu agama yang marjinal  dan atau agama yang lahir dalam geo-pedesaan, tetapi agama perkotaan. Ketika Islam tumbuh di Makkah dan berkembang di Madinah, kemudian Islam ini  menginspirasi, mengubah (merezuvenasi ) dan merevolusi peradaban manusia. Tak aneh bila kemudian bila “ masyarakat madani” sebagai tipe ideal masyarakat modern dinisbatkan kepada masyakat madinah serta  kemajuan iptek di Bagdad adalah contoh bagaimana Islam menjadi inspirasi perubahan dan sains modern.

MDI Nahdlatul Wathan Jakarta Semakin Mempesona Warga Ibu Kota

      Madrasah Diniah Islamiyah (MDI) Nahdlatul Wathan Jakarta pimpinan Ahmad Madani, S.Ag di lingkungan MDI Kecamatan Cakung menunjukkan perkembangan pesat. Kemajuan ini tidak luput dari peran dari pemangku kepentingan, terutama guru dan pimpinannya. Dengan pendekatan baru, sekolah ini mampu mengajarkan Al-Quran kepada siswanya dalam waktu relative singkat bisa membaca Al-Quran dengan Tajwid. Inilah daya pikat sekolah MDI NW tersebut. Jangan membandingkannya, dengan pesantren anak yang memang secara khusus diperuntukkan sebagai sekolah tahfidz ( hafal Qur’an) juga jangan membandingkan dengan pengajaran Al-Quran kepada kelompok dewasa. Para peserta didik di MDI NW Jakarta memulai pembelajarannya sejak usia 4 tahun, dan waktu pembelajaran di sekolah ini pun hanya dilaksanakan setiap sore jam 15.30- 17.30. Artinya masa pendidikannya relative sangat singkat dan menyasar siswa usia dini.  Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan ajaran agama Islam yang mendalam, diharapkan akan tertanam dan menjadi karakter khusus yang membentuk jati dirinya kelak, agar terhindar dari informasi yang tidak sesuai. Melihat zaman sekarang ini yang terus berkembang dan syarat dengan berbagai informasi yang kurang mendidik serta dapat mempengaruhi karakter dan pola dalam berfikir seseorang, sehingga hal tersebut di antisipasi sejak dini.